Karenamu Aku Setia

Kau pikir untuk apa aku bertahan?
Ku coba kuatkan hati dari hasutan orang lain.
Aku pura-pura tak mendengar apa kata mereka.
Aku tak peduli mereka menghujatmu di depanku.
Karena aku mempercayaimu.
Meski jarak menjadi penghalang hubungan kita,
namun itu bukanlah alasan untuk ku tak setia.
Aku selalu menunggu kehadiranmu.
Sesekali ku berdiri di balik jendela rumah.
Barangkali kau datang untuk menemuiku.
Namun tak ku temukan bayangmu di ujung sana.
Aku tetap bersabar dengan keadaan ini.
Sampai kau benar-benar datang
dan berdiri di hadapanku.
Betapa telah lama aku merindukanmu
dengan segala keresahanku.
Aku ingin cepat bertemu denganmu
Karena hanya kau yg ku tunggu.
Tanpamu, aku gelisah.
Namun alasan di balik itu semua adalah dirimu.
Karena dirimu aku setia.












Menunggu

Ini kisah kita, sayang.
Meski telah lama kau pergi,
namun aku masih saja tak mampu untuk melupakanmu.
Jejak langkah yg tertempuh sejauh ini,
tak mampu terhapus begitu saja.
Namamu terukir terlalu dalam di hatiku.
Sehingga aku begitu sulit untuk menghapusnya.
Begitu juga dengan kenangan antara kita.
Bagaimana bisa aku menjauh?

Sedangkan hatiku terlalu dekat denganmu.
Bagaimana bisa aku berpaling?
Sedangkan jauh darimu, aku tak pernah mampu.
Mengapa kau paksa aku tuk melupakanmu?
Padahal aku sangat menyayangimu.
Mengapa kau pergi begitu lama?
Hingga tak pernah ada kejelasan kabar darimu.

Hampir habis dayaku untuk menunggumu.
Namun rasa sayangku mengalahkan lelahku.
Entah bagaimana keadaanmu saat ini.
Apa lagi yg bisa ku perbuat?
Selain menunggu, menunggu dan menunggu.



Hari Ini Milik Kita


Ingin rasanya ku lalui hari ini bersamamu.
Menghabiskan waktu hanya berdua denganmu
dan mengenang kembali kisah yg pernah kita rangkai berdua.
Ijinkan aku menggenggam erat jemari tanganmu
sesaat saja untuk hari ini.
Aku ingin merasakan kembali hangatnya kasih sayangmu.
Karena ku tau kita tak mungkin lagi bersama.
Bagaimana mungkin aku melupakanmu,
sedangkan perasaan di hati menjadi tak karuan.
Hari ini, kita bersama dalam satu waktu.
Seakan melanjutkan kisah yg sempat terjeda.
Kita bercanda dan tertawa bersama, seperti saat itu.
Tanpa menyadari kepiluan yg tersimpan di dada.
Haruskah kisah kita berakhir hari ini?
Jika memang begitu takdir yg harus kita jalani,
maka jangan pernah bersedih, sayang.
Hari ini telah cukup bagi kita untuk bersama.
Hari ini, kau telah membuatku bahagia.
Dan hari ini, aku melihatmu jauh lebih ceria.
Karena hari ini milik kita berdua.


Tentang Rasaku


Bila mana senja telah menenggelamkan cahaya mentari,
aku mulai resah melewati petang tanpamu.
Aku ingin sebentar saja bertemu denganmu
sebelum malam datang menyiksaku dengan kerinduan.
Betapa telah lama aku menyimpan rindu ini.
Namun kau tak pernah datang menemuiku.
Masih melekat di benakku
ketika kau pergi bersama mimpi-mimpimu.
Bahkan aku serasa masih mendengar
derap langkahmu yg kian menjauh.
Sesaat sebelum kau pergi, kau kecup keningku
dan kau berkata bahwa kau akan kembali
dengan membawa cinta kita.
Namun mengapa hingga kini kau tak kunjung datang?
Apa kau telah lupa dengan janjimu?
Berapa lama lagi ku harus menghabiskan waktu
untuk menunggu kehadiranmu?
Aku telah melewati tiga kali pergantian musim tanpamu.
Aku semakin gelisah karena tak pernah ada kabar darimu.
Apa lagi yg bisa ku harapkan darimu?
Mungkin di seberang sana, kau terlalu gembira
dengan mimpi yg telah berhasil kau wujudkan.
Hingga tak pernah kau beri kabar padaku
yg selalu setia dalam penantian.
Mungkin sebaiknya ku kikis saja harapanku.
Biarlah aku menelan kepahitan dustamu.
Karena aku tak ingin lagi merasakan sakit ini.